Senin, 26 Desember 2011

Makalah Staphylococcus Sp

STAPHYLOCOCCUS Sp.
A. Klasifikasi Staphylococcus.
Genus Staphylococcus mencakup 31 spesies. Kebanyakan tidak berbahaya dan tinggal di atas kulit dan selaput lendir manusia dan organisme lainnya. Mereka juga menjadi mikroba tanah. Genus ini dapat ditemui di seluruh dunia.



Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus

Macam-macam spesies Staphylococcus antara lain :
• S. auricularis
• S. capitis
• S. caprae
• S. felis
• S. haemolyticus
• S. hominis
• S. intermedius
• S. lugdunensis
• S. saprophyticus
• S. schleiferi
• S. vitulus
• S. warneri
• S. Xylosus
• Dan lain-lain.
Spesies yang sering dijumpai:
1. Staphylococcus aureus
2. Staphylococcus epidermis / Staphylococcus epidermidis/ Staphylococcus
Albus
3. Staphylococcus safropitis / Staphylococcus saprophyticus

Genus Staphylococcus terdiri lebih dari 30 jenis spesies, yang biasanya diklasifikasikan ke dalam:
1. Staphylococcus yang menghasilkan koagulase. Misalnya : Staphylococcus
aureus, yang patogen utama pada manusia menjadi penyebab banyak
penyakit infeksi
2. Staphylococcus yang tidak menghasilkan koagulase. Misalnya :
Staphylococcus epidermis, yang menjadi biasa penghuni kulit. Namun
sering menjadi penyebab infeksi nosokomial, dan Staphylococcus
saprophyticus, yang banyak menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK)
pada wanita.
3. Staphylococcus yang lain : tidak dibahas mendalam karena terjadi pada
hewan dan menyebabkan infeksi pada hewan.
Staphylococcus masih sensitif untuk beberapa antibiotik yang baru ditemukan tapi resistensi bisa terjadi sangat cepat. Sebagian besar Staphylococcus sudah resisten terhadap golongan penicillin karena bakteri ini menghasilkan penicilinase atau beta-laktamase.

B. Morfologi Staphylococcus
Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini umumnya sama dengan bakteri coccus yang lain yaitu :
1) Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
2) Warna koloni putih susu atau agak krem
3) Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
4) Bersifat fakultatif anaerobic
5) Pada umumnya tidak memiliki kapsul
6) Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak berspora)
7) Sel-selnya bersifat positif-Gram, dan tidak aktif melakukan pergerakan (non motile)
8) Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik
9) Menghasilkan katalase
10) Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl) 9 %
11) Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia tertentu seperti Hexachlorophene 3%.
12) Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun habibat alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan primate/mamalia.
Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut:
• warna koloni putih susu atau agak krem,
• bentuk koloni bulat, tepian timbul,
• sel bentuk bola, diameter 0,5-1,5 um,
• terjadi satu demi satu, berpasangan, dan dalam kelompok tidak teratur,
Menurut Holt et al, (1994), bakteri Staphylococcus sp. Gram +, tidak berspora, tidak motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh optimum pada suhu 30-370C dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua pernapasan dan metabolisme fermentatif. Koloni biasanya buram, bisa putih atau krem dan kadang-kadang kuning keorangeorangean. Bakteri ini katalase positif dan oksidase negatif, sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh lisozim.
Suhu Optimum pertumbuhan 35-37oC
Suhu Minimum pertumbuhan 10oC
Suhu Maksimum pertumbuhan 42oC
Suhu Lethal 62oC 30-60 menit
Suhu Lethal 72oC 15 menit

C. Fisiologi
Bakteri Staphylococcus mudah tumbuh pada berbagai macam-macam media, bermetabolisme aktif dengan meragikan karbohidrat dan menghasilkan pigmen yang bervariasi mulai dari pigmen berwarna putih sampai kuning tua.
Bakteri Staphylococcus sebagian menjadi anggota flora normal kulit dan selaput lendir pada manusia, sebagian lagi menjadi bakteri patogen yang menyebabkan bermacam-macam penyakit atau gangguan dalam tubuh seperti radang bernanah, sampai sepsis yang bisa berakibat fatal. Sehingga bakteri ini dapat menyebabkan hemolisis yaitu pemecahan sel-sel darah, menggumpalkan plasma karena sifat koagulasenya, dan menghasilkan berbagai macam enzim-enzim yang dapat merusak sistem imun dan kandungan toksin pada bakteri tersebut yang bersifat destruktif.

D. STRUKTUR ANTIGEN
Struktur antigen dari Staphylococcus terdiri atas :
1) Peptidoglikan
2) Asam teikhoik
3) Protein A
4) Kapsul
5) Enzim dan toksin-toksin yang ada pada Staphylococcus
Staphylococcus menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar dalam jaringan, maupun melalui bahan-bahan ekstraselular yang dihasilkannya. Bahan-bahan tersebut adalah :
a) Katalase, enzim yang mengkatalisir perubahan H2O2 menjadi air dan oksigen.
b) Koagulase, adalah protein mirip enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus. Enzim
ini dapat membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat bila di dalamnya terdapat
faktor-faktor pembekuan. Koagulase ini menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada
permukaan sel Staphylococcus yang menghambat fagositosis.
c) Enzim-enzim yang lain, seperti hialuronidase satu faktor penyebaran,
staphylokinase yang menyebabkan fibrinolisis, proteinase dan beta-laktamase.
d) Eksotoksin, yang bisa menyebabkan nekrosis kulit.
e) Lekosidin, yang dihasilkan Staphylococcus menyebabkan infeksi rekuren, karena
leukosidin menyebabkan Staphylococcus berkembang biak intraselular.
f) Toksin eksploatif, yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus terdiri dua protein
yang menyebabkan deskuamasi kulit yang luas.
g) Toksik penyebab Sindroma Renjatan Toksik, (toksik shock syndrome toxin)
dihasilkan oleh sebagian besar strain Staphylococcus yang menyebabkan sindroma
shock toksik.
h) Enterotoksin, dihasilkan oleh Staphylococcus aureus yang berkembang biak pada
makanan, toksin ini tahan panas, dan bila tertelan oleh manusia bersama makanan,
akan menyebabkan gejala muntah berak (keracunan makanan).

E. Gambaran Klinik
1) Infeksi superficial
a) pyoderma impetigo
b) follikulitis, furunkel, terjadi akibat infeksi melalui folikel rambut
c) abses dan karbukel
2) Infeksi jaringan dalam
a) osteomielitis, pada madibula
b) pneumonia
c) andokarditis akut
d) arthritis akut, bakteriemi, septikemi, dan abses organ bagian dalam.
3) Penyakit akibat toksin Staphylococcus
a) scal ded skin syndrome atau impetigo bullosa dan Staphylococcus scarlet fever.
b) keracunan pada makanan karena Staphylococci (Staphylococcal food poisong)
c) Toxic Shock Syndrome (TSS)

F. PATOGENITAS KUMAN Staphylococcus
Umumnya dapat menimbulkan penyakit pembekakan (abces) seperti :
1) Jerawat
2) Periapikal Abces
3) Infeksi saluran kemih (primer)
4) Infeksi ginjal (sekunder)
5) Infeksi kulit

G. TEMPAT BERKEMBANG BIAK BAKTERI Staphylococcus
Adapun tempat berkembang biaknya bakteri Staphylococcus :
1) Pada rongga mulut (Staphylococcus aureus, S. Anaerob, S. Epidermis)
2) Ada pada kulit (Staphylococcus Epidermidis)
3) Ada di hidung dan mungkin ada pada permukaan (Staphylococcus aureus)
4) Ada di saluran nafas atas terutama farink (Staphylococcus Epidermidis)
5) Ada di saluran kemih (Staphylococcus)
6) Staphylococcus juga terdapat dalam darah bersama kuman lainnya.



H. Pemeriksaan Laboratorium
1. Sampel yang digunakan untuk menentukan bakteri Staphylococcus adalah
a) Apusan mukosa atau kulit
b) Nanah
c) Darah
d) Bilasan trachea/bronchus
e) Cairan liquor
2. Identifikasi dilakukan dengan cara :
a) Preparat hapus, dibuat langsung dari bahan pemeriksaan dan diwarnai
dengan cara pewarnaan Gram
b) biakan dan identifikasi dengan melakukan tes-tes biokimia
c) tes serologi dan tes tiping
d) tes kepekaan antibiotik


I. Identifikasi Staphylococcus

A. Bahan Pemeriksaan
1. Klinis : Pus/nanah hijau, hapus luka, sputum, darah, feces, nasal
sekresi, cairan cerebro-spinal, urine, sel aspirasi dari paru-paru atau
tulang.
2. Makanan : Bahan makanan suspek penyebab racun.
Gejala infeksi biasanya disebabkan oleh racun, dibebaskan dari hanya
beberapa staphylococci sehingga kultur yang diambil dari lesi biasanya
negatif.
B. Skema Pemeriksaan:
A. Hari Pertama
1. Pemupukan
Sampel dari bahan ditanam pada media pemupuk NaCl broth
dieramkan 24 jam.

2. Isolasi
Sampel bahan pemeriksaan diisolasi dalam media dan diinkubasi
dalam inkubator dengan suhu 37o C selama 24 jam.
a. Biakan pada Agar Darah (BAP= Blood Agar Plate)
b. Biakan pada MSA (Manitol Salt Agar) di sekitar koloni jernih disebabkan β hemolisin.Media BAP untuk membedakan bakteri yang menghemolisa darah dan non hemolisa. Hemolisa sempurna di sekitar koloni berwarna hijau disebabkan α hemolisin.Hemolisa sebagian tidak terjadi perubahan disebabkan ɤ hemolisin.Non hemolisa
B. Hari Kedua
Pengamatan koloni pada media:
a. Media Agar Darah : Koloni berwarna kuning keemasan, halus,
licin & berpigmen.di sekitar koloni menjadi jernih atau
transparan.

b. Media MSA : Koloni berwarna kuning, bersifat manitol
fermenter,berwarna merah berarti tidak memecah manitol.
Yang tumbuh pada media BAP dengan koloni hemolisa positif kemudian dilakukan pembuatan preparat dan pewarnaan metode Gram ( karena Streptococcus juga hemolisa positif ).

Pemeriksaan mikroskopis : dilakukan pewarnaan metode Gram.
1. Disiapkan 2 buah kaca obyek, isolate biakan (koloni lain lagi),
karbol gentian violet, pereaksi lugol, alkohol 95% ,pewarna
safranin, minyak imersi.
2. Sapukan sedikit biakkan isolate bakteri di atas kaca obyek,
ditambahkan 1 tetes air, kemudian disuspensikan.
3. Kaca obyek diletakan di atas bak pewarna, kemudian digenangi
dengan karbol gentian violet selama 1 menit. Kelebihan zat
warna dibuang, dan dibilas dengan air mengalir.
4. Olesan digenangi dengan lugol selama 2 menit, pereaksi
berlebih dibuang, dan dibilas dengan air mengalir.
5. Olesan digenangi oleh alkohol 95% tetes demi tetes selama 30
detik atau sampai semua zat warna hilang, kemudian dibilas
dengan air mengalir.
6. Pewarnaan yang terakhir dengan safranin selama 1 menit,
kelebihan zat warna dibuang dan dibilas dengan air, kemudian
dikeringkan dengan kertas saring.
7. Preparat dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x
dilanjutkan 100x.
8. Hasil percobaan digambar dengan teliti. Sel bakteri yang
bewarna ungu menunjukkan bakteri masuk kelompok gram
positif, sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah.

Hasil Pemeriksaan :
• Bentuknya Coccus/bulat, ungu gram positif
• Ukurannya berdiameter 0,8-1 um
• Susunannya 2-2, 4-4, bergerombol seperti buah anggur.
Yang tumbuh pada MSA (Manitol Salt Agar) adalah bakteri Staphylococcus aureus sebab bakteri spesies ini tahan terhadap garam yang tinggi dan juga memecah manitol. Oleh sebab itu MSA disebut sebagai media selektif.
Koloni yang positif diinokulasikan ke media diperkaya NAS (Nutrient Agar Slant) dieramkan 24 jam 370C.




C. Hari Ketiga
Koloni pada subkultur dilakukan uji biokimia, uji katalase dan uji serologi
a. Uji Biokimia: Bakteri diisolasi kedalam media NAS
b. Uji Katalase : 1 ose koloni + 1 ose H2O2 3%.
Hasil positif dengan indikasi dengan terbentuknya gelembung.
Tes katalase menentukan apakah organisme menghasilkan
enzim katalase yang menguraikan hidrogen peroksida menjadi
air dan oksigen.
2 H2O2 catalase 2 H2O + O2
c. Uji Serologi: CPT (Coagulation Plasma Test), 1 ose koloni + 1
ose plasma sitrat, campurkan, amati dalam 2 menit.
Hasil positif dengan indikasi cairan jernih dengan terbentuknya
butiran-butiran halus.

D. Hari Keempat
Mengamati hasil inkubasi NAS untuk uji biokimia
Uji Biokimia : pigmennya berwarna kuning keemasan bila S. aureus, berwarna kuning jeruk bila S. citreus, bila berwarna putih S. albus.

Staphylococcus aureus

Morfologi dan sifat pewarnaan
• Berbentuk bulat atau kokus.
• Diameter 0,4 – 1,2 µm (rata-rata 0,8 µm).
• Hasil pewarnaan dari media padat memperlihatkan susunan
bakteri bergerombol seperti buah anggur, dari media cair
memperlihatkan susunan bakteri lepas sendiri-sendiri,
berpasangan atau susunan selnya rantai pada umumnya lebih
dari empat sel.
• Dengan pewarnaan gram bersifat Gram positif. Namun dalam
keadaan tertentu dapat pula bersifat gram negatif, misalnya:
- organisme mengalami fagositosis oleh sel.
- organisme yang berasal dari perbenihan yang sudah tua.
• Perubahan warna koloni S. aureus pada media Agar Darah dan
NAS adalah kuning emas. Pada agar darah S. aureus
menghemolisa darah secara sempurna dengan terbentuknya zona
transparan di sekitar koloni akibat beta hemolisin.
• Tahan garam 7-10%, seringkali Staphylococcus aureus
ditemukan pada ikan asin yang kurang asin, karena
kemampuannya untuk hidup dalam suasana asin atau
konsentrasi
garam yang tinggi. Pada media MSA (Manitol Salt Agar)
S. aureus dapat tumbuh dan memecah manitol sehingga
mengubah pH
indikator dari merah menjadi kuning.
• Pada tes katalase dan koagulase menghasilkan hasil yang positif.
S. aureus memiliki enzim katalase yaitu enzim yang
mengkatalisis H2O2 menjadi air dan oksige dan enzim koagulase
yaitu, protein mirip enzim yang dihasilkan oleh Staphylococcus.
Enzim ini dapat membekukan plasma oksalat atau plasma sitrat
bila di dalamnya terdapat faktor-faktor pembekuan. Koagulase ini
menyebabkan terjadinya deposit fibrin pada permukaan sel
Staphylococcus yang menghambat fagositosis


Infeksi

• Infeksi-infeksi utama Staphylococcus aureus
1. Tipe infeksi kulit:
- Lebam besar dan kecil pada kulit, kadang berbentuk seperti
abscesses (bentuknya seperti kulit bekas suntikan vaksin).
- Besar, dalam, bisul yang disebabkan radang pada bawah kulit
disebabkan bakteriemia.
2. Tipe Infeksi kulit yang menyebar:
- Impetigo (sejenis bisul karena infeksi bakteri).
3. Tipe infeksi yang lebih dalam dan terlokalisasi:
- Osteomyelitis (infeksi pada tulang) akut dan kronis.
- Septic arthritis.
4. Tipe Infeksi lain:
- Acute infective endocarditis (Radang akut endocarditis/lapisan
jantung).
- Septicemia.
- Necrotizing pneumonia (Radang pada paru-paru).
5. Tipe Keracunan:
- Toxic shock syndrome (sindrom racun yang dikeluarkan
bakteri).
- Gastroenteritis (Radang pada saluran pencernaan).
- Scalded skin syndrome .
6. Infeksi lainnya termasuk:
- Paronychia.


Staphylococcus albus

Staphylococcus albus disebut juga dengan S. epidermidis ,sebuah spesies coagulase-negatif Staphylococcus , adalah teman dari kulit, namun dapat menyebabkan infeksi parah pada kondisi kekebalan pasien rendah dan dapat masuk ke dalam pembuluh darah halus bawah kulit.

Morfologi dan sifat pewarnaan
• Berbentuk bola.
• Diameter kira-kira 1 µm.
• Hasil pewarnaan dari media padat memperlihatkan susunan
bakteri dalam kelompok yang tidak teratur.
• Dengan pewarnaan gram bersifat Gram positif. Namun dalam
biakan tua dapat berubah menjadi gram negatif.
• Tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
• Tumbuh paling cepat pada suhu 370C tetapi paling baik
membentuk pigmen pada suhu 370C.
• Perubahan warna koloni S. aureus pada media Agar Darah dan
NAS adalah putih.
• Pada tes koagulase menghasilkan hasil yang negatif.

Infeksi
Merupakan flora normal dari kulit akan tetapi dapat menjadi patogen dan menyebabkan infeksi pada kulit bila sistem imune tubuh menurun dan bakteri berkembang dalam jumlah yang abnormal.


Staphylococcus saprophyticus

S. saprophyticus, merupakan spesies coagulase-negatif lain yang merupakan bagian dari flora normal di vagina, pada umumnya menyebabkan infeksi sistem genitourinary pada perempuan muda seksual-aktif.

J. Pengobatan

Pengobatan bakteri Staphylococcus dapat dilakukan dengan cara :
1) Pemberian antibiotik yang bersifat bakterisidal maupun yang
bersifat bakteriostatik.
2) Pemberian obat anti inflamasi untuk menurunkan radangnya
untuk mengobati penderita dengan tepat diperlukan data
pemeriksaan kepekaan kuman penyebab
infeksi terhadap berbagai obat antibiotik yang tersedia di
pasaran.

Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotik dapat dengan
cara sebagai berikut :

a. Cara Cakram
Dipakai cakram kertas saring yang telah mengandung antibiotik dengan kadar tertentu dan diletakkan diatas lempeng agar yang telah ditanami kuman. Diameter zona hambatan pertumbuhan kuman yang tampak menunjukkan sensitivitas kuman tersebut terhadap antibiotik bersangkutan.Penilaian terhadap zona hambatan dilakukan dengan membandingkan besarnya diameter zona hambatan dengan tabel. Hasil penilaiannya berupa sensitif, resisten dan intermediate. Kuman yang sensitif terhadap suatu jenis antibiotik akan memperlihatkan zona hambatan yang lebih besar dari jangkauan nilai yang terlihat pada tabel.
Kuman yang resisten tidak menunjukkan adanya zona hambatan pertumbuhan atau menunjukkan zona hambatan yang diameternya lebih kecil dari jangkauan nilai pada tabel. Diameter zona hambatan kuman yang besarnya terletak diantara jangkauan nilai pada tabel berarti kepekaan kuman terhadap suatu antibiotik bersifat intermediate.


# Bahan cara ukuran :
1. swap kapas
2. kaldu BHI dalam 2 tabung, masing-masing 2 ml
3. biakan kuman staphylococcus aureus pada agar miring
4. lempeng agar Mueller Himton (MH) dua buah setiap kelompok
5, cakram antibiotika : penicillin, kloramfenikol, dan gentamisin.
6. pingset kecil

# Cara kerjanya
1. Buat ekspensi kuman dalam kaldu BHI dengan swap kapas
2. Pada lempeng agar MH usapkan suspense kuman tadi dengan
swap kapas secara merata
3. Dengan pinset yang disterilkan diatas api, ambil cakram
antibiotikan yang disediakan dan letakkan diatas lempengan
agar yang telah ditanami kuman
5. Gramkan lempeng agar tersebut dalam Inkubator 35 o C selama
16-18 jam. jangan luap member label nama kuman.

b. Cara Tabung
Dalam hal ini dilakukan penipisan antibiotik dalam tabung-tabung rekasi dan dicari konsentrasi antibiotik terendah yang masih dapat menggambarkan pertumbuhan kuman. Ini disebut konsetrasi hambatan minimal (RHM) suatu antibiotika. KHM Lazon juga disebut MIC (Minimal Intibitory Consetrasion).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

silakan komentar di sini